Rabu, 28 Maret 2018

Senin, 26 Maret 2018

Minggu, 25 Maret 2018

Karya Allah Dalam Kebelbagaian


Pengantar
Kepelbagaian yang dimaksudkan dalam Bab ini adalah kepelbagaian manusia baik menyangkut ras, etnis, gender, agama maupun kelas sosial.  Salah satu contoh nyata adalah bangsa dimana kita tinggal dan dilahirkan. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali keberagaman budaya, suku, agama dan bahasa. 
Uraian Materi
1. Memahami Kepelbagaian Manusia Menurut Alkitab
Kepelbagaian atau keberagaman ciptaan bukan berarti keterpisahan, namun kepelbagaian dalam kesatuan. Kepelbagaian dapat menjadi sarana bagi manusia untuk saling belajar dan memperkaya visi dan pengalaman hidup sekaligus membangun kebersamaan. Dengan demikian, manusia yang berbeda-beda itu dapat bekerja sama untuk membangun dunia yang lebih baik lagi. Di antara semua keragaman ciptaan Tuhan, keragaman budaya manusia - perbedaan etnis dan bahasa -- juga merupakan bagian dari ciptaan Allah yang baik.
Kadang-kadang, orang Kristen melihat keragaman budaya sebagai bagian dari dunia yang jatuh, sebagai kutukan. 
B.S. Song, seorang teolog dari Taiwan, mengatakan bahwa peristiwa Menara Babel juga mengingatkan kita bahwa Allah justru tidak ingin manusia hidup di dalam kelompoknya sendiri dan dengan cara itu menganggap dirinya hebat. Dengan hukuman yang dijatuhkan-Nya, Allah justru ingin agar manusia menyebar dan mengisi seluruh dunia ini. Jadi, menara Babel bukanlah peristiwa pemisahan manusia oleh Allah berdasarkan kepelbagaian bahasa.
Oleh karena itu, tindakan Allah yang dilakukan dalam peristiwa Menara Babel adalah mencegah manusia membangun identitasnya terlepas dari kontrol Allah atau kehendak-Nya. Campur tangan Tuhan dan penciptaan beragam bahasa benar-benar memaksa orang-orang Babel untuk memenuhi perintah Allah dalam Kejadian 1:28 untuk
Timbul pertanyaan, mengapa keragaman budaya dan etnis manusia sering menjadi sumber perpecahan dan bahkan kekerasan satu sama lain?
Petrus berkata:“Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi hendaklah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni.” (1 Ptr. 3:15).
    Membaca kutipan dari bagian Alkitab tersebut, jika dikaitkan dengan topik pembahasan pada pelajaran ini, ada beberapa makna yang dalam:
1.Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu. Semua ajaranYesus dan kekudusannya harus dihayati, dijalankan, dan dipelihara. Orang Kristen tidak mungkin melakukan ajaran iman-Nya jika tidak menguduskan Tuhan. Arti “kudus” di sini adalah mengkhususkan sesuatu hanya untuk Tuhan.
2.Mempertanggungjawabkan iman. Tiap orang dipanggil untuk selalu siap mempertanggungjawabkan imannya termasuk identitas sebagai remaja Kristen. Jadi, menjadi remaja Kristen bukan sekadar identitas seperti yang tertulis dalam KTP, melainkan menyangkut seluruh sikap hidup yang harus ditunjukkan pada orang lain. Dengan cara itu, orang-orang menyaksikan kehidupan kristiani yang sesungguhnya.
3.Dengan lemah lembut dan hormat serta hati yang murni. Mempertahankan ciri khas sebagai remaja Kristen dengan cara yang beradab. Salah satu tanda dari cinta kasih adalah lemah lembut.
Dalam bergaul dengan orang yang berbeda latar belakang, seseorang dapat melakukan apa yang dikatakan oleh Petrus. Kamu dapat menguduskan Tuhan, mempertanggungjawabkan iman serta bersikap lemah lembut ketika bergaul dengan mereka yang berbeda dengan kita. Menjadi orang Kristen bukanlah sekadar sebuah identitas melainkan melakukan tindakan yang dapat menunjukkan Kekristenan.
2. Karunia Allah dalam Kepelbagaian
Kepelbagaian manusia sebenarnya merupakan karunia Allah yang patut disyukuri karena dari berbagai kepelbagaian itu, hidup manusia menjadi amat kaya laksana pelangi yang berwarna-warni. Dalam kepelbagaian warnanya, pelangi menjadi indah dipandang mata, tiap warna memberikan kontribusi bagi keindahan itu. Umat manusia dapat saling memperkaya diri dengan mempelajari berbagai tradisi, adat, kebudayaan serta kebiasaan dari berbagai daerah, negara, maupun ras, etnis dan agama.
Menurut Shiao Chong (2008), perbedaan dan keragaman adalah karunia dari Allah Pencipta yang dinyatakan dalam Yesus Kristus melalui karya penebusan- Nya. Ia memulihkan dan memperbarui kesatuan yang sudah ada pada awal penciptaan, kesatuan yang kemudian menjadi rusak oleh dosa. Jika Allah Pencipta, Pemelihara dan Penyelamat di dalam Yesus Kristus mengaruniakan kepelbagaian pada manusia, mengapa manusia masih melakukan berbagai tindakan yang menunjukkan diskriminasi terhadap warna kulit, suku bangsa, budaya maupun agama tertentu?
Mengapa keragaman agama, budaya dan etnis manusia sering menjadi sumber perpecahan dan bahkan kekerasan satu sama lain? Menurut Shiao Chong, karena Dosa dan pemberontakan manusia telah mendistorsi keragaman penciptaan yang diwujudkan dalam ideologi atau pandangan dunia yang menjadi sistemik dalam budaya atau masyarakat. Ambil contoh, pembantaian yang dilakukan oleh Adolf Hitler terhadap etnisYahudi dilandasi oleh kebencian ras serta pemahaman yang keliru mengenai keunggulan bangsa sendiri. Sikap seperti ini cenderung memecah-belah komunitas manusia.
Dosa dan pemberontakan manusia menyebabkan perpecahan dan sikap yang merendahkan sesama manusia menurut perbedaan ras, etnis, agama maupun gender. Sikap ini telah menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi mereka yang mengalami diskriminasi itu. Dalam Perjanjian Lama, rencana penebusan Allah sudah mencakup segala bangsa dari berbagai ras dan etnis melalui Abraham, ketika dikatakan bahwa oleh karena dia (Abraham) segala bangsa di muka bumi akan memperoleh berkat (Kej. 18:18, 26:4), dan “rumah- Ku akan menjadi “rumah doa bagi segala bangsa” (Yes. 56:7).
Kepelbagaian juga memperoleh tempat ketika pada hari Pentakosta, para rasul dan orang percaya dimungkinkan berbicara dalam berbagai bahasa. Melalui kejadian ini, jangkauan budaya diperluas menjadi lintas budaya sehingga keberagaman bahasa dipakai dalam kesaksian dan pemberitaan. Gereja pun membuka diri bagi berbagai bahasa dan budaya sebagai sarana pemberitaan. Dalam Surat Galatia 3:28 dikatakan, “Tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus”. Dengan demikian, semua orang dari berbagai bangsa, budaya, warna kulit adalah satu komunitas yang berada dalam jangkauan keselamatan yang dianugerahkan Allah melalui Yesus Kristus. Itulah karunia Allah dalam kepelbagaian.
Penjelasan Bahan Alkitab
1.Petrus 3:15
Bagian Alkitab ini menekankan penghormatan dan pengabdian kepada Kristus sebagai Tuhan dan selalu siap-sedia untuk berbicara bagi-Nya dan menjelaskan Injil kepada orang lain. Orang percaya harus mengenal firman Allah dan kebenaran-Nya supaya dapat bersaksi dengan benar bagi Kristus dan menuntun orang lain kepada-Nya. Semua ajaran Yesus dan kekudusan- Nya haruslah dihayati, dijalankan dan dipelihara. Orang percaya juga diminta untuk bersikap lemah lembut dalam mempertanggungjawabkan imannya. Ketika timbul keraguan terhadap pemberitaan Injil, orang percaya tidak boleh manghadapinya dengan keras melainkan dengan sikap lemah lembut.
Mempertanggungjawabkan iman artinya kita harus mampu menjadi teladan dalam kehidupan beriman yang mengutuhkan kata dan perbuatan. Orang beriman harus siap sedia menanggung segala akibat dari iman dan kepercayaannya kepada Yesus Kristus, misalnya ketika kita dihadapkan pada pengadilan ataupun ancaman, kita harus mampu menghadapinya. Semuanya itu dapat dilakukan oleh orang percaya bukan karena kehebatannya ataupun kemampuannya melainkan karena Roh Allah memampukan tiap orang percaya untuk menghadapinya. Ingatlah akan nasihat Kristus,“Janganlah kamu khawatir akan apa yang harus kamu katakan, tetapi katakanlah apa yang dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga, sebab bukan kamu yang berkata-kata melainkan Roh Kudus”. Ingatlah akan pembelaan Stefanus (Kis. 6:10) dan Paulus (Kis. 24:25; 26:24-28) yang tidak dapat dijawab oleh mereka yang menentang kedua tokoh tersebut. Kemurnian hidup dilihat sebagai dasar pembelaan diri yang paling kuat.
2.Galatia 3:28
Paulus menyingkirkan semua perbedaan suku, warna kulit, bangsa, kelas sosial, dan seksual dalam kaitannya dengan hubungan rohani seseorang dengan Yesus Kristus. Semua orang dari berbagai latar belakang yang beraneka ragam memperoleh kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus. Keselamatan diberikan kepada segala bangsa tanpa kecuali, jadi tidak ada diskriminasi dalam hal menjadi ahli waris Kerajaan Allah.
Penegasan ini perlu dilakukan mengingat masih banyak orang Yahudi yang berpikir bahwa keselamatan hanya diberikan pada bangsa mereka. Hukum Taurat yang menjadi pedoman hidup bagi orang Yahudi telah membatasi keselamatan dalam cakupan yang sempit. Sementara itu, Yesus Kristus datang untuk membaharui hukum taurat. Ia memberikan perintah, yaitu: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”.
Hukum yang baru yang diberikan Yesus tidak menyebutkan bahwa sesama manusia itu hanya orang Yahudi, namun untuk semua manusia. Dengan demikian, tembok eksklusivisme keselamatan yang selama ini dibangun oleh orang Yahudi telah dirobohkan Yesus. Dengan demikian, segala bangsa memperoleh kesempatan untuk hidup dalam kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus.
Di dalam Kristus, baik orang bukan Yahudi maupun orang Yahudi disambut di dalam keluarga Allah karena iman. Tuhan Yesus menjadi kunci dan tanda dari hidup baru yang dialami semua orang percaya. Semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Menjadi anak Allah berarti menjadi anggota persaudaraan di dalam Kristus. Pembedaan dan pemisahan yang biasa dalam kehidupan dihapuskan oleh hubungan ini.
3.Kejadian 1:28
Laki-laki dan perempuan diberikan amanat untuk bertambah banyak dan menguasai bumi dan isinya. Tugas mulia ini diberikan dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sebagai makhluk mulia ciptaan Allah. Ada beberapa makna yang dapat diangkat dalam Kejadian 1:28:
1.Laki-laki dan perempuan diciptakan untuk membentuk hubungan keluarga. Maksud Allah dalam ciptaan yang dinyatakan ini menunjukkan bahwa bagi- Nya keluarga yang saleh dan mengasuh anak-anak merupakan prioritas utama di dunia ini.
2.Allah mengharapkan agar manusia mengabdikan segala sesuatu di bumi kepada-Nya dan mengelolanya untuk memuliakan Allah.
3.Masa depan bumi diserahkan kepada kekuasaan manusia laki-laki dan perempuan. Ketika mereka berdosa, mereka mendatangkan kehancuran, kegagalan, dan penderitaan atas ciptaan Allah.
4.Yesus Kristus sendiri bekerja untuk memulihkan bumi dan seluruh ciptaan.
 
4.Kejadian 1:1-2:4
Menurut para ahli Kitab Suci, kisah penciptaan ini berasal dari kalangan para Imam. Ia lebih abstrak dan teologis dibandingkan dengan kisah berikutnya, Kejadian 2:4-25. Pengarang kisah pertama ini bermaksud mengelompokkan semua makhluk dengan cara yang ditinjau dari segi logika dapat memuaskan dan yang mencakup segala sesuatu yang dijadikan Allah.
Dengan berpegang pada suatu bagan yang rapi tersusun, pengarang mengisahkan karya penciptaan dalam rangka satu minggu. Karya Allah berakhir dengan beristirahat, sebagaimana orang beristirahat pada hari Sabat. Mula- mula Allah menciptakan langit dan bumi, daratan, lautan barulah tumbuhan dan hewan. Allah telah menyiapkan tempat untuk tumbuhan dan hewan bertumbuh, barulah tumbuhan dan hewan diciptakan. Pada hari terakhir Ia menciptakan manusia untuk mewakili-Nya berkuasa atas segala ciptaan. Manusia menjadi mahkota ciptaan, sebagai makhluk yang paling mulia karena diciptakan menurut gambar Allah.
Kisah penciptaan ini disusun berdasarkan ilmu pengetahuan yang amat primitif. Karenanya tidak dapat dibandingkan dengan ilmu pengetahuan modern. Tetapi dalam bentuk yang sesuai dengan zaman penyusunannya kisah ini menyajikan ajaran berupa penyataan mengenai Allah yang esa dan transenden, Allah yang ada sebelum dunia dan yang menciptakan segala sesuatu.
Dosa umat di wilayah Sinear ialah keinginan untuk menguasai dunia dan nasib mereka terlepas dari Allah melalui kesatuan organisatoris, kuasa, dan keberhasilan besar yang berpusat pada manusia. Tujuan ini berlandaskan kesombongan dan pemberontakan terhadap Allah. Allah membinasakan usaha ini dengan memperbanyak bahasa sehingga mereka tidak bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Peristiwa ini menjelaskan keanekaragaman bangsa dan bahasa di dunia. Pada saat itu, umat manusia berbalik dari Allah kepada berhala, sihir, dan nujum. Peristiwa ini sering dijadikan acuan seolah-olah Allah mengutuk manusia dengan menciptakan keragaman bangsa dan bahasa, yang dihancurkan Allah adalah kesombongan manusia yang telah berbalik dari Allah dan lebih mengandalkan kemampuannya sendiri.
5.Kejadian 11:1-9
Kisah mengenai Menara Babel berasal dari tradisi Yahwis. Dengan cara lain dari Kejadian 10:32 dan Kejadian 9:1 (di sana perbedaan bangsa-bangsa tampak sebagai pelaksanaan berkat Allah). Kisah ini menerangkan perbedaan bangsa-bangsa dan bahasa. Perbedaan ini diartikan sebagai hukuman atas kesalahan mereka yang bersumber pada keangkuhan hati (bdk. Kej. 11:4). Setelah manusia terserak ke seluruh penjuru bumi dengan berbagai kelompok suku, bangsa dan bahasa, melalui Yesus Kristus semua bangsa dipersatukan. Hal itu terbukti pada hari Pentakosta terjadi mukjizat ketika para rasul dan pengikut Yesus berbicara dalam berbagai bahasa.
Tradisi ini dikaitkan pada puing-puing salah satu menara tinggi yang bertingkat-tingkat (ziggurat) sebagaimana dahulu banyak didirikan di Mesopotamia sebagai lambang gunung suci dan tempat istirahat dewa. Para pembangun menganggap menara semacam itu sebagai sarana untuk bertemu dengan dewa mereka. Tetapi tradisi Yahwis mengartikan usaha itu sebagai bukti kesombongan manusia yang ingin menjadi sama seperti Allah. Arti kata Babel diterangkan dengan kata dasar bil yang berarti: mengacau-balaukan. Tetapi sebenarnya kata Babel berarti: “pintu gerbang allah” (Bab-el, atau:Bab-ilu).

Keberagaman suku, budaya, agama dan bahasa ini bisa menjadi nilai tambah bagi keindahan suatu bangsa, membawa dampak atau pengaruh dalam kehidupan. Misalnya, perbedaan suku bangsa dan agama akan mempengaruhi kebiasaan maupun interaksi antar sesama manusia. Tak jarang keberagaman melahirkan potensi konlik dalam hubungan antar sesama manusia. Indonesia adalah negara yang majemuk yang penduduknya terdiri dari beragam suku, agama, budaya maupun kelas sosial.

Gambar 1.1 Menara Babel


Narasi Alkitab tentang Menara Babel (Kej. 11:1-9) yang menceritakan bagaimana Allah mengaacaukan bahasa manusia sehingga mereka tercerai berai sering digunakan untuk membenarkan pandangan yang negatif ini. Seolah-olah keberagaman merupakan kutukan Allah.                      
Peristiwa Babel tidak dapat dijadikan contoh bahwa Allah tidak berkenan terhadap kepelbagaian. Peristiwa Menara Babel merupakan peringatan bagi manusia untuk tidak bersifat congkak dan hendak menyamakan diri dengan Allah sang Pencipta.
“memenuhi bumi dan menaklukkannya,” sesuatu yang tampaknya takut dilakukan oleh orang-orang pada waktu itu. Mereka tidak mau tersebar ke seluruh bumi. Ketakutan ini dituliskan dalam Kejadian 11:1-9 khususnya ayat empat, delapan dan sembilan. Dengan demikian, keanekaragaman budaya dan bahasa manusia, memenuhi tujuan penebusan dalam rencana Allah dan bukan kutukan.



Gambar 1.2 Konflik antar suku

Gambar 1.3 Konflik dalam masyarakat

Dosa dan pemberontakan manusia telah mendistorsi keberagaman penciptaan. Keberagaman manusia tidak ditempatkan dalam pemahaman yang benar, yaitu dalam rangka keutuhan ciptaan namun dalam keterpisahan bahkan dalam arogansi suku, bangsa, ras, agama maupun budaya. Pemujaan terhadap suku, bangsa, budaya dan agama sendiri telah menggeser peran Allah sebagai pencipta. Akibatnya, komunitas manusia cenderung terpecah-pecah dalam kepelbagaian menurut identitas masing-masing.
Gambar 1.4 Rasul Paulus

Gambar 1.5 Tuhan memberikan tanggung jawab kepada manusi pertama

Tanggung Jawab Remaja Kristen dalam kebelbagaian :
Mari kita lihat video dibawah ini :

Setelah melihat video diatas, muncul sebuah pertanyaan kepada kita, bagaimana cara agar kita dapat hidup berdampingan dengan masyarakat multikultural ?

Beberapa cara orang dari beragam budaya dan latar belakang bisa hidup bersama secara damai adalah:

••  Saling bekerja sama untuk fokus pada nilai-nilai kehidupan dan budaya.
•• Bersikap sebagai teman terhadap orang lain yang berbeda dengan hati yang tulus, simpati dan niat baik.
•• Membiarkan perilaku yang layak, ketulusan dan kebaikan menjadi sifat kita kedua dalam hidup.
•• Tidak menghina budaya dan ras yang berbeda dengannya juga tokoh-tokoh yang disucikan oleh agama lain.
•• Negara harus menghindari kebijakan yang hanya menguntungkan diri mereka sendiri. Misalnya, kebijakan imigrasi yang menghambat orang-orang yang berbeda keyakinan.
•• Menunjukkan rasa hormat, cinta, pengertian dan toleransi terhadap semua manusia terlepas dari perbedaan ras dan agama.

Orang-orang muda dapat berkontribusi untuk terciptanya dinamisasi dan harmonisasi dengan masyarakat multikultural:

•• Mempromosikan integrasi budaya antara kita sendiri, misalnya, belajar bahasa dan budaya orang lain.
•• Membentuk diri menjadi kelompok-kelompok yang fokus pada isu global yang misalnya, advokasi tentang HIV / AIDS, perdagangan anak atau tenaga kerja.
•• Tidak berprasangka pada orang yang berbeda suku, bangsa, ras, agama sebagaimana yang ditanamkan oleh orang tua.
•• Memiliki pengasihan dan simpati pada orang lain tanpa memandang orang lain sebagai pihak yang lemah sedangkan diri kita adalah yang kuat.
•• Menghargai dan memahami orang lain dalam kelemahan dan kekuatannya.
•• Memperdalam semangat pengampunan dan cinta pada sesama tanpa syarat.
•• Memiliki sahabat pena dari berbagai belahan dunia untuk memungkinkan pertukaran isu spektakuler dan kejadian di lingkungan kita yang berbeda.

Daftar Rujukan :

Chong Shiao. April-2008.Racism, Revelation and Recipes: Towards Christian Inter-Cultural Communities dalam Christian Educator Jurnal,

Dian Interfidei. “Laporan Kegiatan: Perkemahan Remaja Antariman.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa IndonesiaI. Ed. 2. Jakarta: Balai Pustaka. 1993.

Hadiwijono Harun. 2005.Iman Kristen. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Harvey Cox, The Secular City: Secularization and Urbanization in Theological Perspective. New York:

The Macmillan Company. 1965.

Hopes Antone. 2010. Pendidikan Kristiani Kontekstual Mempertimbangkan Realitas Kemajemukan Dalam Pendidikan Agama. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Kardas, Saban. “Humanitarian Intervention as a ‘Responsibility to Protect’: An International Society Approach”, dalam All Azimuth, Vol. 2, No. 1, Jan. 2013, 31.


Bertumbuh Menjadi Dewasa

Pengantar
Pada pembahasan kali ini kita akan membahas materi tentang bertumbuh menjadi dewasa, coba perhatikan video dibawah ini :


Video diatas menggambarkan dengan singkat proses pertumbuhan manusia dari anak menjadi dewasa. Seiring bertambahnya waktu kita akan bertumbuh menjadi dewasa, secara fisik perubahan itu jelas terjadi, namun pertumbuhan yang sesungguhnya daruslah terjadi didalam diri kita.
Materi ini menjadi bagian yang penting untuk dipelajari, karena kita semua hidup dalam proses bertumbuh menjadi manusia dewasa, baik secara fisik, emosi, intelektual, sosial, moral dan spiritual. Oleh karena kedewasaan merupakan suatu proses, dan usia tidaklah menjadi tolak ukur bagi kedewasaan seseorng, maka perlu bagi kita untuk mengambil keputusan dan bersedia menjalani proses menjadi dewasa tersebut.

Pembahasan Materi
1. Pengertian Bertumbuh Manjadi Dewasa
Gambar 1.1 Pertumbuhan Manusia

    Dewasa adalah suatu masa di mana seseorang mulai mandiri untuk menentukan segala sesuatu di dalam hidupnya. Ia berusaha memahami segala perubahan dengan penuh pertimbangan serta tanggung jawab.
Dalam bahasa Inggris ada dua kata yang bisa digunakan untuk “dewasa”, yaitu “adult” dan “mature.” Kata “adult” lebih menunjuk kepada usia seseorang, sementara kata “mature” menunjuk kepada kematangan pribadi dan jiwa seseorang. Orang yang matang pribadi dan jiwanya mestinya tahu apa yang baik dan yang buruk, apa yang benar dan salah. Ia menjadi orang yang mandiri, mampu mengambil keputusannya sendiri. Kalaupun ia meminta nasihat, ia tidak akan begitu saja menjalankan segala sesuatu yang dikatakan oleh teman-teman atau orang yang memberikan nasihat kepadanya. Ia akan berusaha untuk berpikir masak-masak sebelum ia mengambil keputusan. Ia tidak akan mudah dipengaruhi orang lain untuk berubah pendapat dan pikirannya. Ia pun tidak mementingkan diri sendiri, melainkan menunjukkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan orang lain.
2. Ciri - ciri manusia dewasa
 A. Bertumbuh Dalam Pola Pikir
Gambar 1.2 Bertumbuh dalam pola pikir

 Dalam Amsal 2:6 dikatakan, “Karena TUHAN-lah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya             datang pengetahuan dan kepandaian.” Menurut kamu apakah artinya kalimat ini?
 Dalam Kitab I Raja-raja 4:29-30 dikatakan,
           Ay. 29 “Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta                            akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut, 30 sehingga hikmat Salomo melebihi                            hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir.”

  Hikmat Salomo dapat kita temukan di dalam cerita ketika Salomo dihadapkan dengan sebuah              persoalan yang sangat berat. Dua orang ibu datang kepadanya, masing-masing memperebutkan            seorang bayi yang mereka akui sebagai bayi mereka (1 Raj. 3:16-28).

  Sebagai manusia yang sudah mampu berpikir operasional formal, seorang remaja harus mampu          berpikir kritis. Artinya mampu menganalisa segala sesuatu, keadaan, permasalahan dengan                  pikiran yang sehat dan benar. Paling tidak ada empat pola pikir yang hams dikembangkan                    remaja atau orang yang sudah mampu berpikir secara operasional formal, yaitu proaktif, kreatif, positif, dan komprehensif.

  a. Pola Pikir Proaktif
  Untuk memahami pola pikir proaktif tidak dapat dilepaskan dan dua kata, yaitu inisiatif dan                positif. Pola pikir proaktif seseorang terbentuk dari inisiatif yang positif, bukan yang negatif.Artinya segala inisiatif yang timbul dan pikiran diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu secara baik demi suatu kemajuan.
 Seseorang yang mempunyai pola pikir proaktif tidak pernah berhenti untuk berpikir demi                     sebuah kemajuan. Kemajuan dapat terjadi apabila pola pikir proaktif diwujudkan dalam                       tindakan. Pola pikir proaktif lebih dan sekadar kompetensi kognitif. Lebih jauh dan itu juga                 berhubungan dengan kompetensi motorik seseorang, yaitu kemampuan dalam bentuk                           tindakan  fisik.

 b. Pola Pikir Kreatif
     Usia remaja adalah usia yang penuh dengan imajinasi. Seberapa banyak dan kalian yang berjenis   kelamin laki-laki suka membongkar sepeda motor dengan sedikit memberi variasi pada bentuknya.   Sedangkan bagi kalian yang perempuan seberapa banyak yang suka menulis tentang kisah kehidupan sendiri pada sebuah “diary”. Semua tindakan tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa para remaja sungguh kreatif.
 Menurut James C dan Coustances L. Hammer yang dikutip W. Kristiani’ menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah berpikir yang menghasilkan cara-cara, pengertian, penemuan dan karya seni yang baru. Intinya ada sesuatuyang baru yang dihasilkan melalui proses berpikir tersebut. Dari yang belum ada menjadi ada dan dari yang lama menjadi baru.
     Anak-anak yang suka mencoret-coret tembok atau dinding di sembarang tempat, pada dasarnya adalah anak yang kreatif. Namun, kreativitas yang dimilikinya tidak dikendalikan di tempat yang benar. Pendapat ini didasarkan pada pemahaman bahwa kreativitas yang ada dilihat dan bingkai etika, yang memang sering kali bertentangan dengan hakikat kreativitas yang tidak mengenal  batas ruang dan waktu dalam menuangkan ide kreatifnya.
     Tetapi sebagai manusia dewasa, kita perlu mengembangkan kreativitas secara tepat dan benar. Hal ini perlu disadari karena kehidupan manusia tidak pernah terlepas dan etika. Tentu kita akan merasa bangga karena menjadi teladan dan bukannya dikenal sebagai orang yang kreatif negatif. Misalnya, teroris. Meskipun mereka adalah orang yang paling jahat, di sisi lain mereka termasuk orang-orang kreatif karena bisa membuat bom yang hebat. Namun, manusia beragama, termasuk orang Kristen, sangat tidak mau disebut sebagai teroris yang membunuh orang tanpa dosa (bandingkan dengan Ulangan 5:17).

c. Pola Pikir Positif
    Tentu kita pernah mendengar ungkapan positive thinking. Ungkapan tersebut sering digunakan untuk merujuk pada suatu pemikiran yang selalu mencari sisi baiknya dalam segala hal. Lawannya adalah negative thinking, yaitu pola pikir yang selalu melihat sesuatu dan sisi buruknya.
    Temyata tidak mudah untuk ber-positive thinking. Manusia cenderung memiliki sikap ber-negative thinking. Manusia lebih suka membicarakan kejelekan seseorang daripada kebaikannya. ini sebenarnya dapat diatasi apabila manusia menyadari keberadaannya sebagai manusia yang tidak sempuma. Kesadaran ini sangat memungkinkan manusia untuk memiliki sikap menghargai kelemahan dan kelebihan seseorang (Efesus 4:17).

d. Pola Pikir Komprehensif
    Pola pikir yang juga perlu dimiliki oleh manusia adalah pola pikirkomprehensif. Pengertian komprehensif sendiri, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah luas meliputi banyak hal. Pola pikir komprehensif adalah pola pikir yang terbuka, tidak eksklusif (tertutup). Di dalamnya ada sikap menghargai pemikiran orang lain dan mampu menampungkepelbagaian.
     Pola pikir proaktif, kreatif, dan positif juga menjadi bagian dan pola pikir komprehensif sebagai suatu pola pikir yang utuh dan terbuka. Apabila dilihat hubungan antara 4 pola pikir tersebut diketahui bahwa pola pikir komprehensif terbentuk atas pola pikir proaktif, kreatif, dan positif. Ketiga pola pikir itu pun berkaitan erat. Pola pikir positif dan kreatif Mampu  menciptakan pola pikir proaktif. Sedangkan pola pikir kreatif mampu menimbulkan pola pikir positif. Demikian pula sebaliknya, pola pikir positif akan dapat menumbuhkan pola pikir kreatif, karena biasanya orang yang “positive thinking” akan mempunyai kehidupan yang menyenangkan. Keadaan ini dapat merangsang kreativitas seseorang.

Manfaat Pola Pikir Proaktif, Kreatif, Positif, dan Komprehensif :

    Keempat pola pildr tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan seseorang apabila dikembangkan. Misalnya, pola pikir proaktif akan sangat berguna di bidang kepemimpinan. Bagi kalian yang suka terlibat dalam sebuah organisasi sangat perlu memiliki sikap proaktif untuk menjalankan visi dan misi organisasi supaya dapat berjalan lancar. Tanpa mau menjadi proaktif, seorang pemimpm tidak akan dapat menjalankan kepemimpmnan secara efektif dan efisien.
  Sedangkan untuk pola pikir kreatif sangat bermanfaat di bidang seni. Mereka yang suka mencoret-coret tembok di sembarang tempat perlu mengembangkan diri secara benar dan tepat. Misalnya, dengan masuk ke dalam sanggar seni. Bagi orang-orang yang menyadari kebutuhan akan keberadaan orang lain, mereka perlu membangun sikap positif dan komprehensif. Tanpa sikap tersebut manusia tidak akan mampu menjalin relasi dengan sesamanya secara baik. Terlebih bagi mereka yang mempunyai perbedaan latar belakang sosial, agama, suku bangsa dan perbedaanperbedaan yang lain. Tentang menjalirt relasi dengan orang lain akan dibahas dalam materi pelajaran selanjutnya.


B. Kematangan Pribadi dan Emosi
Gambar 1.3 Tonya Harding

   Tonya Harding (lahir 1970) adalah seorang pemain sepatu es (ice-skating) terkenal di Amerika Serikat. Pada tahun 1994 ia terlibat dalam sebuah pelanggaran hukum ketika bekas suaminya, Jeff Gillooly, berkomplot dengan Shawn Eckhardt dan Shane Stant, dan menyerang saingannya dalam olahraga sepatu es, Nancy Kerrigan, dalam sebuah latihan persiapan Kejuaraan Sepatu Es Keindahan di AS. Kerrigan dipukul di bagian pahanya, hanya beberapa sentimeter di atas lututnya, dengan sebuah tongkat polisi lipat. Untunglah kaki Kerrigan tidak patah, hanya luka-luka, tetapi hal itu telah membuat Kerrigan mengundurkan diri dari kejuaraan nasional. Harding memenangi kejuaraan itu (Daily Mail, “ Agony of the ice queen”, 14 September 2013). Namun peristiwa ini kemudian terbongkar oleh polisi. Polisi dan hakim membuktikan bahwa Harding mengetahui rencana serangan terhadap Kerrigan. Harding mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman percobaan tiga tahun penjara, 500 jam pelayanan masyarakat, dan denda $160.000. Gelar juaranya tahun 1994    dicabut, dan seumur hidupnya Harding dilarang ikut serta dalam semua kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi sepatu es nasional di seluruh AS, baik sebagai pemain maupun pelatih

   Apa yang kita temukan dalam kisah di atas? Kisah ini menggambarkan bagaimana seseorang yang sudah dewasa menurut usianya, ternyata tidak mampu menghadapi masalahnya secara dewasa. Tonya Harding, misalnya, ha-rus menghadapi Nancy Kerrigan, lawannya yang tangguh dalam pertandingan sepatu es. Ia khawatir tidak bisa memenangkan pertandingan itu dengan mengalahkan Nancy di arena pertandingan. Karena itu ketika seseorangmemutuskan untuk mencelakakan Nancy, ia pun berdiam diri, atau bahkan menyetujui apa yang direncanakan oleh Jeff Gillooly untuk mencelakakannya. Ini adalah sebuah contoh tentang emosi yang negatif.

   Emosi seperti ini seringkali ditampilkan oleh orang-orang yang tidak matang pribadinya, tidak siap menerima kekalahan secara terhormat, dan karena itu bersedia melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya. Dengan kata lain, secara fisik mereka sudah bertumbuh, tetapi secara emosional dan kepribadian mereka tetap seperti anak kecil. Mereka tidak bisa berpikir dengan matang dan bertanggung jawab. Hal seperti ini dapat kita temukan pula di berbagai aspek kehidupan.

   Salah satu cara yang paling mudah untuk menilai kematangan pribadi seseorang adalah dengan mengamati ekspresi emosinya. Emosi adalah pengalaman sadar yang subyektif, yang terutama sekali dicirikan oleh ungkapan-ungkapan psiko-fisiologis, reaksi biologis, dan keadaan mental. Dalam kehidupan sehari-hari, emosi seringkali terlepas begitu saja ketika seseorang tidak mampu mengendalikan dirinya. Akibatnya, perkataan dan tindakannya pun jadi tidak terkendali. Contohnya, apa yang dilakukan oleh Tonya Harding dan kawan-kawannya. Setelah semuanya terjadi dan mereka dinyatakan bersalah, lalu dijatuhi hukuman, mungkin mereka baru menyesali apa yang telah mereka lakukan.

   Emosi seseorang biasanya bisa dilihat melalui bahasa tubuh, mimik, atau suara orang tersebut melalui gerakan-gerakan atau intonasi suara, walaupun tidak sama persis dengan orang lain tetap bisa kita lihat. Ada orang yang ingin memperlihatkan ekspresi emosinya kepada orang lain supaya orang lain memahami apa yang dirasakannya. Tetapi, ada juga orang yang berusaha menyembunyikan emosinya supaya tidak diketahui orang lain, tentu dengan berbagai pertimbangan yang dimiliki oleh orang tersebut.

   Pendapat atau pandangan orang lain itu sedikit banyak memberi pengaruh pada bagaimana cara kita memandang diri kita sendiri. Bukan hanya pendapat orang lain yang mempengaruhi diri kita, pandangan kita terhadap diri sendiri juga dapat mempengaruhi cara kita memandang atau menilai diri kita sendiri. Pada akhirnya, hal itu akan berpengaruh pada perkembangan emosi kita.

   Safaria dan Saputra (2009) memberikan contoh tentang bermacam-macam ekspresi jasmani yang bisa muncul dari emosi seseorang, misalnya:

   •• Emosi marah: wajahnya memerah, nafasnya menjadi sesak, otot-otot tangan akan menegang,              dan energi tubuhnya memuncak.

   ••  Emosi takut: mukanya menjadi pucat, jantungnya berdebar-debar.

   Ekman dan Friesen seperti dikutip oleh Walgito (1994), menyebutkan tiga macam emosi yang dikenal dengan display rules (penampilannya pada wajah atau tubuh manusia), yaitu:

1. Masking: keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau menutupi emosi yang dialaminya. Misalnya, seorang perawat marah karena sikap pasien yang menyepelekan pekerjaannya. Kemarahannya diredam atau ditutupi sehingga gejala kejasmaniannya tidak tampak.

2. Modulation: keadaan seseorang yang dapat mengurangi emosi yang dialaminya. Misalnya, karena marah, ia mengomel-ngomel (gejala jasmani) tetapi kemarahannya tidak meledak-ledak.

3. Simulation: orang tidak mengalami emosi, tetapi seolah-olah mengalami emosi dengan menampakkan gejala-gejala kejasmanian. Simulasi digunakan untuk membayangkan apa yang mungkin dialami orang lain dengan mencoba menempatkan diri kita pada situasi orang tersebut. Dengan cara ini, kita bisa lebih mampu berempati dengan orang lain.

   Berdasarkan pembagian emosi di atas, faktor yang paling penting dalam mengembangkan emosi yang sehat adalah pengenalan yang benar tentang diri sendiri serta kesediaan untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang matang dan bertanggung jawab. Matang, artinya tidak berpikir kekanak-kanakan, hanya peduli akan kepentingan dan keuntungan dirinya sendiri. Bertanggung jawab, artinya memperhitungkan setiap tindakannya, apa untung rugi dari tindakan yang akan saya ambil ini? Apakah saya akan menyakiti orang lain dengan keputusan yang saya ambil?

Belajar dari Alkitab

1. Samuel, Hofni, dan Pinehas Bersaudara

   Di dalam Alkitab kita dapat menemukan banyak sekali contoh tentang pribadi yang tidak dewasa, tidak matang, dan tidak bertanggung jawab. Namun di pihak lain Alkitab juga mengajarkan kepada kita bagaimana cara hidup orang yang matang dan bertanggung jawab itu. Itulah pribadi yang Allah kehendaki di dalam hidup kita.

   Dalam Kitab 1 Samuel 3:19 dikatakan, “Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur.” Samuel adalah salah satu pribadi teladan yang kita temukan dalam Alkitab. Sejak masa kecil, Samuel telah diserahkan oleh Hana, ibunya, kepada Imam Eli untuk dibesarkan dan dididik di bait suci Allah di Silo. Hana yang lama tidak mempunyai anak, bernazar kepada Allah, bahwa apabila ia dikaruniai seorang anak oleh Allah, maka ia akan menyerahkan anak itu kepada Allah. Itulah sebabnya Samuel kemudian diantarkan ke Silo untuk dididik oleh Imam Eli.

   Yang menarik ialah Eli ternyata juga mempunyai dua orang anak laki-laki, yaitu Hofni dan Pinehas. Kisah tentang kedua anak Eli ini digambarkan dalam ayat-ayat yang muncul sebelum ayat yang menggambarkan keadaan Samuel ( 1 Samuel 2; 11- 23)
         12 Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, 13 ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya 14 dan dicucukkannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana, ke Silo. 15 Bahkan sebelum lemaknya dibakar, bujang imam itu datang, lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu: “Berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging yang dimasak, hanya yang mentah saja.” 16 Apabila orang itu menjawabnya: “Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu,” maka berkatalah ia kepada orang itu: “Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak aku akan mengambilnya dengan kekerasan.”

     17 Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN.

   Gambaran ini berlawanan seratus persen dengan gam­ baran yang diberikan mengenai Samuel. Di satu pihak kita menemukan Hofni dan Pinehas yang egois,mementingkan diri sendiri, dan tampaknya juga pemarah
   Sementara itu, bagaimana dengan Samuel? Ia digambarkan sebagai anak yang makin besar dan disertai Tuhan. Ia semakin besar dan semakin disukai oleh Tuhan maupun manusia. Bagaimana ini bisa terjadi? Tentulah ini disebabkan oleh kedewasaan Samuel, kematangan pribadinya dan emosinya, dan sikapnya yang tidak egois atau mementingkan diri sendiri. Samuel selalu memikirkan pentingnya pelayanannya kepada Allah dan umat Israel.

   2. Perpecahan di Gereja Korintus

   Sebuah kisah lain tentang sikap yang tidak dewasa dan bertanggung jawab dapat kita temukan di kalangan gereja perdana di Korintus. Dalam 1 Korintus 3:1-9 kita menemukan kisah tentang pertikaian yang terjadi di gereja Korintus. Gereja itu terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok yang masing-masing saling membanggakan diri sendiri. Muncul orang-orang yang mengklaim “Aku dari golongan Paulus,” atau “Aku dari golongan Apolos.” Mungkin pula ada kelompok-kelompok lain yang mengaku “Aku golongan dari Yesus,” sementara yang lainnya mereka anggap bukan pengikut Yesus atau tidak mempunyai Yesus.

   Masing-masing kelompok ini menganggap diri mereka lebih baik, lebih hebat, bahkan lebih tinggi daripada yang lainnya.

   Dalam 1 Korintus 13:11 Rasul Paulus berkata,

   “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.”

    Dari sini jelas bahwa “Bertambah umur terjadi dengan sendirinya, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.” Untuk bisa bertumbuh dan menjadi dewasa, kita harus berusaha meninggalkan sikap kekanak-kanakan kita, cara berkata-kata, merasa, dan berpikir seperti kanak-kanak. Kita harus bisa mengendalikan emosi kita dan mempertimbangkan setiap keputusan kita sebelum kita tergesa-gesa mengatakan sesuatu dan memutuskan untuk bertindak. Kita perlu bertanya terlebih dahulu, apakah dampak kata-kata dan tindakan saya itu bagi saya dan bagi orang lain?

    Samuel bertumbuh dari kanak-kanak menjadi dewasa dan mengalami semuanya dengan indah. Kitab 1 Samuel 2:26 melukiskan, “Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.” Ini semua terjadi karena ia hidup dengan firman Tuhan. “Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur” (1 Sam. 3:19). Indah, bukan?


 C. Kemampuan Bersosialisasi
Orang yang dewasa dan matang kepribadian dan pemikirannya, pasti tidak akan canggung melakukan hal-hal yang di mata orang lain mungkin dianggap akan merendahkan derajat dan kedudukannya. Ia akan mampu memperlakukan setiap orang dengan cara yang sama. Ia tidak kikuk bergaul dengan orang-orang kecil – termasuk mereka yang disingkirkan dan dilupakan masyarakat umum – atau pun berhadapan dengan orang-orang yang berjabatan tinggi.

Di masa hidup-Nya di dunia, Yesus pun pernah melakukan hal seperti itu, makan di tempat-tempat yang sederhana. Ia pernah diundang oleh Simon, seorang Farisi yang kaya, untuk makan di rumahnya. (Lukas 7:36-50) Namun di pihak lain, Ia pun tidak segan-segan duduk dan makan di antara para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. (Markus 2:13-16) Dengan kata lain, Tuhan Yesus tidak membeda-bedakan orang. Bahkan sebaliknya, Ia berusaha mendekatkan diri dengan orang-orang yang disingkirkan oleh masyarakat, supaya mereka bisa diterima lagi oleh masyarakat, dan dapat hidup seperti banyak orang lainnya.
Inilah yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Surat Kolose tersebut tentang pertumbuhan pribadi seorang Kristen, “…tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala "(Kolose 4:15) Dengan berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh ke arah Kristus. Kalau Kristus sendiri bersikap terbuka kepada siapapun, maka kita pun terpanggil untuk bersikap terbuka kepada orang lain. Janganlah kita menjauhkan diri dari orang lain hanya karena mereka berbeda latar belakang suku, agama, kelas sosial, warna kulit, dan lain-lain.

3. Proses Bertumbuh Menjadi Dewasa

   A. Bertumbuh dalam kedewasaan yang benar
Adam dan Hawa yang dilarang TUHAN Allah memakan buah dari pohon yang ada di tengah-tengah Taman Eden, pohon tentang pengetahuan yang baik dan yang jahat. (Kejadian 3:1-13) Setelah dikeluarkannya larangan itu, suatu hari ular berjumpa dengan Hawa dan membujuknya agar ia memakan buah terlarang itu. Mula-mula Hawa menolaknya, namun ular terus membujuknya. Selanjutnya,

perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya. (Kejadian 3:6)

Setelah mereka berdua memakannya, maka terdengarlah TUHAN Allah berjalan mendekati mereka. Kedua manusia itu bersembunyi di antara pepohonan di taman itu. Lalu TUHAN Allah memanggil dan bertanya kepada manusia itu, “Di manakah engkau?” Ia menjawab, “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”

TUHAN Allah bertanya lebih jauh, “Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” Mendengar pertanyaan ini, terjadilah sebuah percakapan yang menarik.
Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan” Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” (Kejadian 3:12-13)

Apa yang kita temukan dalam kisah di atas? Bukankah ini sebuah kisah yang selalu terjadi, ketika seseorang menolak untuk bertanggung jawab atas tindakan yang ia lakukan, dan sebaliknya malah saling menyalahkan pihak lain, dan melemparkan tanggung jawab dari dirinya sendiri kepada yang lain. Akibat yang ditimbulkannya adalah rusaknya hubungan manusia dengan Tuhan penciptanya, dan juga dengan sesamanya.

Dalam kata “bertanggung jawab” terkandung dua kata yang penting, yaitu “tanggung” dan “jawab.” Dalam bahasa Inggris, kata “tanggung jawab” diterjemahkan menjadi “responsibility” yang dibentuk dari dua kata, yaitu “response” dan “ability”, yang masing-masing berarti “jawaban” dan "kemampuan.” Dengan kata lain, di dalam kata “responsibility” terkandung makna “kemampuan untuk menjawab kepada orang lain atas akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tindakan kita.” Di sini kita melihat ada kesamaan makna kata “responsibility” dengan “tanggung jawab” dalam bahasa Indonesia. Keduanya sama-sama menuntut kemampuan dan kesediaan seseorang untuk menanggung akibat-akibat yang ditimbulkan oleh perbuatannya.

   B. Kedewasaan Penuh Menurut Alkitab
Dalam Surat Efesus yang menjadi dasar bahan kita kali ini, Rasul Paulus mengingatkan jemaat di kota itu bahwa Yesus Kristus telah menyediakan pemimpin-pemimpin umat, seperti rasul, nabi, pemberita Injil, gembala, pengajar, dll. untuk menolong umat Kristen agar diperlengkapi untuk melayani Tuhan dan membangun tubuh Kristus, yaitu gereja, kumpulan umat Allah sendiri. Mengapa Tuhan harus melakukan semua ini bagi gereja-Nya? Surat Efesus menjelaskan bahwa tujuannya adalah

13 … mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, 14 sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, 15 tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

Dari ayat-ayat di atas, jelas bahwa orang Kristen seringkali menghadapi masalah berupa ajaran-ajaran palsu manusia dan berupa-rupa upaya yang menyesatkan. Banyak orang yang berusaha untuk mengalihkan perhatian dan iman percaya orang Kristen dari Kristus. Dalam Surat 2 Petrus 2:1 dan Surat 1 Yohanes 4:1 kita menemukan peringatan-peringatan tentang guru-guru dan nabi-nabi palsu yang berkeliaran dan menyebarkan ajaran-ajaran yang sesat. Mereka berusaha untuk membuat orang Kristen menyangkal Yesus Kristus yang telah menebus mereka. Dengan kata lain, mereka berusaha membujuk supaya orang Kristen meninggalkan Yesus Kristus dan menjauhkan diri dari kasih sayang Allah. Seorang Kristen yang dewasa tidak akan mudah digoyahkan oleh ajaran-ajaran yang sesat.


Daftar Rujukan :


Chong Shiao. April-2008.Racism, Revelation and Recipes: Towards Christian Inter-Cultural Communities dalam Christian Educator Jurnal,

Dian Interfidei. “Laporan Kegiatan: Perkemahan Remaja Antariman.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa IndonesiaI. Ed. 2. Jakarta: Balai Pustaka. 1993.

Gunarsa, Singgih D. Dan Yulia Singgih D. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2008.

Hadiwijono Harun. 2005.Iman Kristen. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia